-->

KAOS PEMBERIAN CALON BUPATI



Pada musim pemilu seperti sekarang ini baik pemilihan bupati, kades dll. sangat membudidaya sekali membagikan harta benda baik berupa uang , kaos dll. sementara ada hadits :
لعن  الله  الراشي  والمرتشي  في  الحكم  (  الإقناع   : 2 / 303  )
Bagaimana hukum memberi dan menerima dalam masalah diatas, apakah termasuk dalam kategori Risywah ( suap ) yang diharamkan ?  


Jawab :
Hukumnya termasuk Risywah yang diharamkan, apabila orang yang memberi itu tidak berhak mendudukinya, sedangkan penerima diharamkan secara mutlak.
Keterangan dari kitab :
a.       Nihayah al-Zain hal. 370
b.       Roudloh al-Tholibin Juz 11 hal. 144
وقبول الـرّشوة حرام وهي ما يبذل للقاضي ليحكم بغير الحق أو ليمتنع من الحكم بالحق، وإعطاؤها كذلك لأنـه إعانة على معصية أمّا لو رشى ليحكم بالحق جاز الدّفع وإن كان يحرم على القاضي الأخذ على الحكم مطلقا أي سواء أعطي من بيت المـال أو لا، ويـجوز للقاضي أخذ الأجرة على الحكم لأنــه شغلـه عن القيام بـحقه. ( نـهاية الـزّيـن : 370 )

Menerima suap hukumnya haram. Suap adalah sesuatu yang diberikan kepada hakim agar ia memberikan putusan hukum yang menyalahi kebenaran atau agar ia mencegah terjadinya putusan hukum yang benar. Dan demikian pula hukumnya memberikan suap (yakni haram), karena hal tersebut sama halnya dengan membantu perbuatan maksiat. Adapun jika seseorang memberikan suap dengan tujuan agar hakim memberikan putusan hukum dengan benar, maka hukum memberikannya boleh, sekalipun bagi hakim tetap diharamkan secara mutlak mengambil sesuatu atas putusan hukumnya, yakni baikpun yang diberikan kepadanya diambilkan dari baitul mal (uang negara) atau bukan. Dan hakim boleh mengambil / menerima gaji (honor) atas suatu siding, karena hal itu merupakan imbalan atas pekerjaannya.          

( فرع ) قد ذكـرنا أنّ الرشوة حرام مطلقا والهديـّة جائزة في بعض الأحوال فيطلب الفرق بين حقيقتيهما مع أنّ الباذل راض فيهما والفرق من وجهين، أحدهما ذكره إبن كـجّ أنّ الرشوة هي التي يشرط على قابلـها الحكم بغير الحق أو الإمتناع عن الحكم بـحق، والهديـّة هي العطيـّة المطلقة. والثاني قال الغزالي في الإحياء المال إمـّا يبذل لغرض آجل فهو قـربة وصدقة وإمـّا لعاجل فهو إمّا مال فهو هبّة بشرط ثواب أو لتوقع ثواب وإمـّا عمل فإن كان عملا مـحرّما أو واجبا متعيّنا فهو رشوة، وإن كان مباحا فإجارة أو جعالة وإمّا للتقرّب والتودّد إلى المبذول له فإن كان بمجرّد نفسه فهديـّة وإن كان ليتوسّل بـجاهه إلى أغراض ومقاصد فإن كان جاهه بالعلم أو النـّسب فهـو هديـّة فإن كان بالقضاء والعمل فهـو رشوة. ( روضة الـطالبـين : 11 / 144 )
Telah kami jelaskan bahwa tindakan suap menyuap hukumnya adalah haram secara mutlak, sedangkan hadiah pada beberapa kondisi diperbolehkan, karenanya dituntut untuk membedakan antara substansi hadiah dan suap, masalahnya dalam dua hal ini kedua pemberi sama-sama rela. Adapun perbedaannya bisa dilihat dari dua sisi ; Pertama : Disebutkan oleh Ibnu Kajjin, bahwa yang disebut suap adalah apabila si penerimanya disyaratkan melakukan tindakan hukum yang tidak benar, sedangkan hadiah adalah pemberian yang bersifat mutlak. Kedua : Menurut al-Ghozali dalam kitab al-Ihya' : Harta yang diberikan, adakalanya untuk maksud Ukhrowi, yaitu pemberian yang dimaksudkan untuk taqorrub dan sedekah. Dan adakalanya untuk tujuan duniawi, yaitu berupa pemberian yang disyaratkan adanya imbalan atau memprediksi adanya imbalan, baik berupa aksi ataupun perbuatan ; jika aksi atau perbuatan tersebut merupakan perbuatan haram atau perbuatan yang sifatnya wajib 'ainy (individual), maka itu adalah ijaroh atau ju'alah. Dan adakalanya suatu pemberian dimaksudkan untuk tujuan pendekatan atau mencari simpati dari yang diberi, dalam hal ini jika yang dimaksud sekedar pribadi orangnya, maka itu adalah hadiah, namun jika yang dimaksud agar menjadi sarana dengan melalui kedududkan si penerima untuk suatu tujuan dan maksud tertentu, maka jika kedudukannya adalah keilmuan atau keturunan, maka itu adalah hadiah, akan tetapi jika kedudukannya berkaitan dengan hukum atau pekerjaan, maka itu adalah suap.

Advertisement

1 Comments:


EmoticonEmoticon