-->

Hukum Berziarah Kepada Kerabat Non Muslim Yang Masih Hidup Maupun Yang Telah Meninggal

mengunjungi keluarga non muslim
Pertanyaan Dari Mas Maung Banten II
yaitu :
assalamu'alaikumtantangan pertama untuk sang admin, bagaimana hukum ziaroh kpda kerabat yg beragama kafir? monggo,
wassalam wong banten

Jawaban:
Wa'alaikumsalam Mas Maung, sebelumnya perlu diperjelas yang dimaksud Ziarah kepada kerabat Non Muslim yang masih hidup ataukah yang telah meninggal? untuk lebih jelasnya kami jawab kedua-duanya.

1. Hukum Berziarah Kepada Kerabat Non Muslim yang sudah meninggal.
Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab Fathul Wahhab karya Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari, bahwa berziarah ke kuburan orang non-Muslim itu diperbolehkan.
 
أَمَّا زِيَارَةُ قُبُورِ الْكُفَّارِ فَمُبَاحَةٌ --زكريا الأنصاري، فتح الوهاب، بيروت-دار الكتب العلمية، 1418هـ، ج، 1، ص. 176

“Bahwa berziarah ke kuburan orang-orang kafir itu mubah (diperbolehkan)”. (Zakariya al-Anshari, Fathul Wahhab, Bairut-Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H, juz, 1, h. 176).

Namun sepanjang berziarah kubur ke kuburan orang non-muslim dilakukan untuk mengingatkan kita akan kematian dan alam akhirat atau i’tibar (pelajaran) dan peringatan kepada kita akan kematian.

Dan Keterangan dari kitab yanglain lebih deperinci lagi

ويعزى المسلم بالمسلم أعظم الله أجرك وأحسن عزاءك وغفر لميتك ويعزى المسلم بالكافرالقريب أعظم الله أجرك وصبرك وأخلف عليك ويعزوى الكافر بالمسلم غفر الله لميتك وأحسن عزاءك وتعزية الحربى والمرتد مكروهة إلا ان رجى إسلامه فهي مستحبة

Orang Muslim dita’zihayi atas meninggalnya orang muslim dengan ucapan “Semoga Allah melipatkan pahalamu dan memperbaiki kesabaranmu serta mengampuni orang meninggalmu”, dan atas meninggalnya krabatnya yang kafir dengan ucapan ““Semoga Allah melipatkan pahalamu dan kesabaranmu serta menggantinya atasmu”
Orang kafir dita’ziyahi atas meninggalnya orang muslim dengan ucapan “Semoga Allah mengampuni orang meninggalmu dan memperbaiki kesabaranmu”
Ta’ziayah pada Kafir Harby (kafir yang harus diperangi) dan pada orang murtad hukumnya makruh kecuali bila dapat diharapkan keislamannya maka di sunahkan
Assirooj alwahhaaj I/112
 
وَيُعَزَّى الْمُسْلِمُ بِالْمُسْلِمِ: أَعْظَمَ اللَّهُ أَجْرَكَ وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ، وَبِالْكَافِرِ أَعْظَمَ اللَّهُ أَجْرَكَ وَصَبَّرَكَ، وَالْكَافِرُ بِالْمُسْلِمِ غَفَرَ اللَّهُ لِمَيِّتِكَ وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ.

Orang Muslim dita’zihayi atas meninggalnya orang muslim dengan ucapan “Semoga Allah melipatkan pahalamu dan memperbaiki kesabaranmu serta mengampuni orang meninggalmu”, dan atas meninggalnya orang kafir dengan ucapan ““Semoga Allah melipatkan pahalamu dan kesabaranmu”
Orang kafir dita’ziyahi atas meninggalnya orang muslim dengan ucapan “Semoga Allah mengampuni orang meninggalmu dan memperbaiki kesabaranmu”
AlMinhaaj Li an-Nawaawy

وَيُعَزَّى الْمُسْلِمُ بِمَوْتِ أَبِيهِ النَّصْرَانِيِّ فَيَقُولُ : " أَعْظَمَ اللَّهُ أَجْرَكَ وَأَخْلَفَ عَلَيْكَ " وَيَقُولُ فِي تَعْزِيَةِ النَّصْرَانِيِّ لِقَرَابَتِهِ " أَخْلَفَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَلَا نَقَصَ عَدَدَكَ " .

Dita’ziyahi seorang muslim atas meninggalnya bapaknya yang nasrani dengan diberi ucapan “Semoga Allah melipatkan pahalaNya dan menggantinya atasmu” dan di ucapkan dalam ta’ziyah pada orang nasrani atas meninggalnya kerabatnya “Semoga Allah mengganti dan tidak mengurangi hitungannya atasmu”
Alhaawy alkabiir almaawardi III/126

ولم يذكر المصنف تعزية الكافر بالكافر لأنها غير مستحبة كما اقتضاه كلام الشرح والروضة بل هي جائزة إن لم يرج إسلامه كما مرت الإشارة إلى ذلك وإن كان قضية كلام التنبيه استحبابها مطلقا كما نبهت على ذلك في شرحه وصيغتها أخلف الله عليك ولا نقص عددك بالنصب والرفع ونحو ذلك لأن ذلك ينفعنا في الدنيا بكثرة الجزية وفي الآخرة بالفداء من النار
قال في المجموع وهو مشكل لأنه دعاء بدوام الكفر فالمختار تركه
ومنعه ابن النقيب بأنه ليس فيه ما يقتضي البقاء على الكفر ولا يحتاج إلى تأويله بتكثير الجزية

Pengarang tidak menjelaskan ta’ziyah pada orang kafir atas meninggalnya orang kafir karena memang tidak disunahkan seperti pernyataansyarh dan kitab roudhoh hukumnya hanya boleh kecuali bila dapat diharapkan keislamannya seperti keterangan yang telah lewat (hukumnya menjadi sunah), meskipun bila melihat redaksi dalam kitab ‘attanbiih” menganjurkannya seperti uraian dalam keterangan syarahnya “Semoga Allah mengganti dan tidak mengurangi hitungannya atasmu” karena manfaat mereka didunia memperbanyak pajak sedang di akhirat sebagai tebusan dari neraka.
Imam Nawawy berkata dalam kitab almajmu’ “ini pernyataan yang muskil, sebab ucapan tersebut mengandung arti menyetujui langgengnya kekufuran, yang terpilih mestinya ditinggalkan.
Imam Ibnu Naqib melarang ta’ziyah pada orang kafir atas meninggalnya orang kafir hanya tidak mengartikan menyetujui langgengnya kekufuran dan tidak perlu diartikan memperbanyak pajak.
Mughni alMuhtaaj I/355
 
 2. Hukum Berziarah Kepada Kerabat Non Muslim Yang Masih Hidup
Jika menziarahi kuburan orang yang non-muslim saja diperbolehkan, maka logikanya adalah menziarahinya ketika masih hidup itu lebih utama (awla). Inilah yang kemudian ditegaskan oleh Imam an-Nawawi dalam kitab Syarh Muslim-nya.

إِذَا جَازَتْ زِيَارَتُهُمْ بَعْدَ الْوَفَاةِ فَفِي الْحَيَاةِ أَوْلَى (محي الدين شرف النووي، شرح  النووي، على صحيح مسلم، بيروت-دار إحياء التراث العربي، الطبعة الثانية، 1392 هـ، ج، 8، ص. 45)
“Jika boleh menziarahi mereka (non-muslim) setelah meninggal dunia, maka menziarahi mereka ketika masih hidup itu lebih utama”. (Muhyiddin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ala Shahihi Muslim, Bairut-Daru Ihya`it Turats al-‘Arabi, cet ke-II, 1392 H, juz, VIII, h. 45)

Pesan penting yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa perbedaan keyakinan tidak dibisa dijadikan alasan untuk memutuskan tali silaturahim dan persaudaraan kemanusian (al-ukhuwwah al-basyariyyah).


Advertisement


EmoticonEmoticon