-->

Nu Garis Lurus - Kelompok Penikam Tokoh Tokoh NU

NU garis Lurus

NU Garis Lurus Di Dunia Maya
Mengatas namakan diri sebagai "NU Garis Lurus", mereka merasa  kelompok yang lurus yang ada ditubuh NU. Sedangkan yang lain dikesankan sebagai "bengkok". Nama itu bukan hanya rancu tetapi tidak jelas kedudukannya.

Sejatinya mereka yang mengklaim sebagai "NU Garis Lurus" justru menjadi semacam kelompok sempalan(Tandingan) yang jumlahnya hanya segelintir. Yang namanya sempalan/Tandingan lebih dekat kepada keburukan daripada kepada kebaikan. Pihak "NU Garis Lurus" ini populer didunia maya melalui situs Pejuangislam.com yang diasuh oleh Ust. Luthfi Bashori. Bukan hanya sebagai pejuang Islam dan NU Garis Lurus, Ust. Luthfi Bashori bahkan mengklaim sebagai Estafet Pemikiran Dakwah Sunan Giri.

Yang kemudian Munculah Nama Fanpage dan Grup "NU Garis Lurus" di Facebook dengan alamat FP : https://www.facebook.com/pages/NU-Garis-Lurus/467428066729602 dan alamat Grup : https://www.facebook.com/groups/NU.garis.lurus, yang kalau kita amati member yang selalu semangat untuk berkomentar sebagai pendukung ialah orang-orang dari luar NU sendiri, misal Salafi, FPI dll.

Mulai Muncul Istilah NU Garis Lurus
NU Garis Lurus, anda pernah dengar istilah tersebut? Istilah ini baru mulai santer dibicarakan di dunia maya. Namun embrio gerakan ini sudah ada sejak lama, sejak alm. Gus Dur masih hidup dengan pemikirannya yang sangat keindonesiaan dan toleransinya yang hebat. Para ustad, gus, kyai, habib yang gagal paham dan tidak suka dengan pemikiran keindonesiaan Gus Dur memisahkan diri/mufaroqoh dari barisan Gus Dur. Patut diketahui, beberapa tokoh yang bisa dikatakan termasuk dalam jaringan NU garis lurus pernah “berselingkuhan” dengan Ust. Abu Bakar Ba’asyir dan tokoh-tokoh Islam garis keras lainnya. Saat ramai wacana Ahok akan mewarisi kursi kegubernuran dari Jokowi, mereka ramai-ramai menolak, bahkan terbukti memelintir berita mengatasnamakan NU. Bahkan ketika PHBN Natal, mereka termasuk barisan yang dengan keras menolak ucapan selamat natal, bahkan ikut merendahkan, menyesatkan, mengkafirkan tokoh Islam lainnya yang membolehkan pengucapan selamat natal. Sebuah ciri khas faham Wahabi salafi yang sudah merasuk ke dalam pikiran mereka. Padahal masalah pengucapan “Selamat Natal” adalah masalah khilafiyah yang patut dihormati, sebagaimana masalah fikih lainnya.

Salah satu ciri lain dari mereka yang mengakui sebagai NU garis lurus adalah tujuan mereka mendirikan atau merumuskan tentang Negara Syari’ah atau Konsep Khilafah Islamiyah di NKRI. Dalam grup jejaring sosial, dalam penerapan syariah mereka mengaku lebih mengedepankan etika dakwah bil hikmah dan mauidzah hasanah. Dengan menata sistem keorganisasian dan gerakan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai keindonesiaan. Sekiranya apabila gerakan ini kelak kian berkembang, tidak akan berbenturan dengan sistem negara. Sehingga Islam tidak dipaksakan untuk vis a vis (wajhan bi wajhin) dengan negara. Sebab apabila benturan itu terjadi, maka kemudharatan yang lebih besar akan menimpa umat Islam. Namun jika ada yang mengatasnamakan Ahlusunnah wal Jamaah akan tetapi penerapan syari’atnya melenceng dari kaidah-kaidah Ahlusunnah wal Jamaah dan cenderung mengkafirkan, membid’ahkan, dan mengatakan sesat amalan-amalan Islami yang selama ini telah membumi di masyarakat, walaupun mereka mengatasnamakan Ahlusunnah, mengatasnamakan salaf, mengatasnamakan santri dan kyai maupun habaib, Mereka mengaku siap untuk menangkisnya.

Tujuan penerapan syariah Islam di NKRI, baik secara halus atau kasar merupakan ciri khas kelompok yang terpengaruh ideologi muslim Timur Tengah yang sering bentrok. Suatu ketika, Alm. Anre Gurutta Haji (AGH) Muhammad Harisah AS, sesepuh NU Sulawesi Selatan, didatangi sekelompok orang. Mereka bertamu sekaligus menawarkan "perlunya penerapan syariat Islam" dan "pentingnya khilafah" sebagai solusi mengatasi krisis bangsa. Sambil tersenyum, pengasuh PP. Annahdlah Makassar itu menjawab: "Kalian menawarkan solusi kepada kami, sementara kalian sendiri membawa pikiran-pikiran dari Timur Tengah yang negaranya selalu kacau dan tidak pernah beres!". NU sejak awal adalah organisasi sosial-kemasyarakatan yang telah mengawal proses perjalanan bangsa ini. Komitmen itu ditunjukkan sejak Muktamar Banjarmasin tahun 1936, Resolusi Jihad tahun 1945, pengukuhan Kepala Negara sebagai waliyyul amri ad-dharuri bissyaukah (pemegang pemerintahan sementara dengan kekuasaan penuh), hingga penerimaan Pancasila, UUD 45 dan NKRI sebagai tujuan akhir dari perjuangan umat Islam Indonesia. Selain itu, NU juga menilai tidak perlu adanya Peraturan Daerah (Perda) tentang penerapan syariat Islam untuk mengatur kehidupan masyarakat. Pemberlakuan syariat Islam itu tidak lebih dari pengulangan hukum yang sudah ada, sudah tertuang dalam KUHP. Yang lebih diperlukan adalah mengefektifkan peraturan-peraturan yang sudah ada itu serta optimalisasi peran aparat penegak hukum. Bagi NU penerapan Maqâshid Syari’ah lebih cocok daripada penerapan syariat di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau kita misalnya berbicara tentang hak asasi manusia, tentang pluralisme dan demokrasi, maka kita berpedoman kepada maqâshid syar’iyyah yang memang ditujukan untuk mengedepankan kepentingan umat manusia secara mutlak dan menyeluruh, tanpa mempertimbangkan perkara perbedaan agama, suku, ideologi dan kelompok.

Mau tak mau, kalau melihat istilah/kata yang digunakan NU garis lurus maka pasangan lawannya adalah NU garis bengkok. Siapakah kelompok yang yang termasuk NU Garis Bengkok? Yang jelas adalah tokoh-tokoh yang sejalan dengan pemikiran Gus Dur sangat keindonesiaan, pendukung Gus Dur dan pewaris pemikirannya dan tak lupa para Gus Durian di seluruh dunia. Semoga NU garis bengkok tetap lestari menghadapi goncangan dan beban yang menimpa sebagaimana tulang belakang yang harus bengkok melengkung agar lebih mampu meredam hentakan atau kejutan yang dialaminya daripada jika berbentuk lurus. Semoga ...

Dawuhne Mbah Muchith Muzadi: "Masuk NU untuk memperbaiki diri, bukan memperbaiki NU!".

Menikam Dari Belakang
Siapakah sebenarnya Pemilik “NU GARIS LURUS” yang dikabarkan menebar fitnah dan mulai mengkontaminasi faham wahabisme dengan ahlussunah, yang dikemas dengan pemberitaan seolah solutif akan tetapi tujuannya adalah memprovokasi agar saling caci mencaci, saling gontok-gontokan, menyalahkan satu sama lain. Tidak jauh berbeda dengan Web milik JOnru ginting yang diberitakan selau menjelek-jelekan pemerintah dan memfitnah pejabat pemerintah dengan menebar isyu yang membahayakan satu kesatuan umat dan bangsa.

Kita tidak tau siapa sebenarnya pemilik “NU GARIS LURUS” apa kepentingan dan tujuannya, ada satu hal yang saya heran, kenapa tidak dinamakan nu garis diagonal atau garis bengkok, kenapa dinamakan garis lurus?, mungkin jawabanya karena saat ini kita sedang dilanda krisis, jika dulu krisis moneter, yang menyebabkan terkoyaknya bangsa ini yang menyisakan kenangan pahit, akan tetapi saat ini kita sedang krisis persatuan dan toleran atau bahkan menjual tuhan . Krisis persatuan dan toleran ini bukanlah sebuah pemanasan atau permulaan, melainkan hasil dari embrio yang telah ditumbuhkan dengan mahalnya rasa saling memaafkan, malas untuk belajar kitab ulama salaf, sombongnya meninggalakn ajaran imam mazhab dengan sok berijtihad dan menistimbatkan hukum tampa belajar ilmu ushul fiqh. Inilah hasilnya, saat ini rasisme merupakan makanan sehari-hari, gontok-gontokan bisa ditemui dimanapaun, dalam televisi, musyawaroh, media sosial dengan alih membela tuhan,membela ajaran tuhan, membela ahlussunan wal jamaah.

Tahukan anda siapa yang membunuh sayyidina Ali?, yakni orang yang rajin ibadahnya, khatam Al-Quran, setiap malam shalat tahajud. Tetapi karena memahami Al-Quran secara tekstual, ia membunuh Ali, yang merupakan keponakan Nabi, menantu Nabi dan pemuda yang dijamin Allah masuk syurga, itu karena kebodohan,orang yang berilmu lebih tinggi drajatnya daripada ahli ibadah.

Pahamilah, Sebenarnya ilmu yang kita ketahui, aqidah yang kita anut, ajaran yang kita amalkan, bukanlah sebuah kesalahan atau kesesatan. Akan tetapi kita malas untuk belajar,malas untuk membaca, malas untuk membagi dan menerima ilmu dari orang lain sehingga kita merasa sombong dan menggap diri sendiri seorang yang alim, yang paling sholeh, ahli segala ilmu dan ahli ibadah.

Hal itulah yang menyebabkan umat dan bangsa Indonesia ini mengalami krisis persatuan dan toleran, sehingga melaihirkan anak bangsa yang lupa rasa maaf,militan dan menebar permusuhan jika demikian bagaimana akan membuat orang tua menangis ?. Itu saja.

Sumber:
MuslimediaNews
Dialektika Mahasantri
Berbagai Sumber

Advertisement

4 Comments

Cobaan demi cobaan tetep djalani dg semangat..
semangat untuk NU dan semua pendukungnya...

Aneh, sama juga siapa pemilik blog ini nda jelas
Sumbernya aja nda jelas siapa yg nulis, konyol...
gitu copas segala, hahaha

eem..
yg komen aja namanya gk jelas kok, mau minta kjelasan..
status NU garus lurus juga gk jelas
tulisan pada fp NU garis lurus juga copas semua,
konyol bin mbahe konyol :D :p

[img]http://indopolitika.com/wp-content/uploads/2014/05/Nahdlatul-Ulama-NU.jpg[/img]


EmoticonEmoticon