Antara Gus Dan Habib Manakah Yang Didahulukan?
Belakangan Media-media provokativ gemar membenturkan antara Gus(Ulama) dan Habib(Dzurriyatunnabi), yang sedang hangat seperti kejadian di Masjid Assu'ada Jatinegara Kaum yaitu di isukan Gus Nuril memaki para Habaib, dan Habib Ali memaksa turun Gus Nuril. ternyata setelah kita Lihat videonya secara lengkap semua yang di isukan cuma fitnah belaka. Inilah potret yang terjadi di hari ini di negeri tercinta ini, Na'udzu Billah.
Jika kita amati baik-baik ternyata media-media yang menyebarkan isu tersebut dari dulu itu-itu saja, tujuannya apa? jelas tujuannya merusak islam dari dalam dengan menggunakan nama Website Islami, Fanspage Islami namun postingan tiap harinya selalu berusaha membenturkan Ulama satu dengan ulama lainnya, menuduh sesat, menuduh liberal ulama agar Ummat terprovokasi dan tidak percaya lagi dengan Ulamanya.
Nah, jika kemudian hari kita mendengar lagi berita perseteruan antara Gus dan Habib lagi, Bagaimana sikap kita? tentu sebagai muslim yang cerdas selalu dingin kepala karena mengetahui Hukum dan dalil tentang kewajiban muslim terhadap Ulama dan Dzurriyatynnabi SAW.
Berikut Kami tampilkan Dalil-dalil tentang menghormati dan menintai Gus(ulama) dan Habib(Dzurriyah Rasul)
Ayat-ayat al-Quran yang menunjukkan kewajiban mencintai
ahlul bait diantaranya adalah firman Allah kepada Rasulullah –shallallahu
alayhi wa sallam-:
قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا
إِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى
Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun
atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". (QS. As-Syuura:
23)
hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas bin Abdil
Mutthalib, sesungguhnya Rasulullah –shallallahu alayhi wa sallam—bersabda:
ما بال أقوام إذا جلس إليهم أحد من أهل
بينتي قطعوا حديثهم؟ والذي نفسي بيده ، لا يدخل قلب امرئ الإيمان حتى يحبهم لله ولقرابتي
"Bagaimana sikap kaum yang ketika seorang ahli baitku
duduk diantara mereka dan mereka memotong pembicaraan mereka? Demi dzat dimana
diriku ada pada kekuasaanNya, Iman tidak akan masuk ke dalam hati seseorang
kecuali ia mencintai ahli baitku karena Allah dan karena keluargaku". (HR.
Ibnu Majah: 140)
Diceritakan pula dari Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
أحبوا الله لما يغدوكم به من نعمه ، وأحبوني
لحب الله ، وأحبوا أهل بيتي لحبي
"Cintaikah Allah karena ia telah memberikan
nikmat-nikmatNya. Cintailah aku karena cinta kepada Allah dan cintailah
keluargaku karena cinta kepadaku". (HR. At-Tirmidzi: 3789, Ahmad dalam
Fadla'il as-Shahabah: 2/986, Al-Hakim: 3/162, Al-Baihaqi dalam Syubul Iman:
1/366).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu
Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)
وحب الرسول هو عين حب الله وكذلك حب العلماء
والاتقياء لان الله يحبهم وهم يحبونه وكل ذلك يرجع الي حب الاصل ويتجاوزه الي غيره
فلا محبوب بالحقيقة عند ذوي البصائر الا الله ولا مستحق للمحبة سواه
Mencintai Rasul
adalah Suatu bentuk mencintai Allah, begitu pula mencintai Ulama dan
orang-orang yang bertakwa, karena Allah mencintai mereka dan mereka mencintai
Allah
Syekh Azzarnuji berkata:
اعلم أن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله، وتعظيم الأستاذ وتوقيره.
Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh
kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau
mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu(Ulama), dan menghormati keagungan
gurunya.
وكان أستاذنا الشيخ الإمام سديد الدين الشيرازى يقول: قال مشايخنا: من
أراد أن يكون ابنه عالما ينبغى أن يراعى الغرباء من الفقهاء، ويكرمهم
ويطعمهم ويطيعهم شيئا، وإن لم يكن ابنه عالما يكون حفيده عالما.
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru
kami berucap : “bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka
memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada
kaum ahli agama(Ulama) yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh
ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti.”
Jikalaupun Gus itupun bukan Ulama tapi mereka adalah putera Ulama, keturunan ulama, keturunan para Kyai yang telah menjadi Guru bagi guru-guru kita. sebagaimana yang telah kita ketahui salah satu kiat agar ilmu kita manfaat adalah menghormati keturunan guru-guru kita
ومن توقيره: توقير أولاده ومن يتعلق به
وكان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين صاحب الهداية رحمة الله عليه حكى: أن
واحدا من أكابر الأئمة بخارى كان يجلس مجلس الدرس، وكان يقوم فى خلال
الدرس أحيانا فسألوا عنه, فقال: إن ابن أستاذى يلعب مع الصبيان فى السكة،
ويجيئ أحيانا إلى باب المسجد، فإذا رأيته أقوم له تعظيما لأستاذى.
Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya. Di sini Guru kita Syaikhul Islam Burhanuiddin Shahibul Hidayah pernah
bercerita bahwa ada seorang imam besar di Bochara, pada suatu ketika
sedang asyiknya di tenmgah majlis belajar ia sering berdiri lalu duduk
kembali. Setelah ditanyai kenapa demikian, lalu jawabnya : ada seorang
putra guruku yang sedang main-main dihalaman rumah dengan
teman-temannya, bila saya melihatnya sayapun berdiri demi menghormati
guruku.
Kemudian jangan heran jika banyak orang yang membenci Ulama
Imam Abu Al-hasan Asy-syadzily Dawuh:
لا يكمل عالم في مقام
العلم حتى يبتلى بأربع: شماتة الأعداء، وملامة الأصدقاء، وطعن الجهال، وحسد
العلماء. فإن صبر جعله الله إماماً يقتدى به
Seorang Alim belum akan mencapai tingkat kesempurna'an ilmunya hingga mengalami Empat/ 4. Ujian :
1. Kegembira'an musuh (disebabkan coba'an yg menimpanya),,
2. Cela'an para sahabat,,
3. Hina'an orang-orang yang bodoh,,
4. Iri hati dari kalangan ulama,,
Jika dia mampu bersabar terhadap itu semua, pasti Allah akan menjadikannya sebagai pemimpin yg di ikuti.
( Imam Abu al-Hasan asy-Syadzily rahimahullah )
Ulama pun akan iri dengan ulama lain, apalagi hinaan orang-orang bodoh dalam hal agama pasti sulit dihindari, itulah ulama yang mempunyai derajat tinggi.
EmoticonEmoticon